Asal usul suatu nama desa Bojongminggir kita dapat
dari beberapa sumber dongeng (legenda) masyarakat yang secara turun temurun,
konon kabarnya sebelum kependudukan penjajah Belanda di Indonesia pada masa
Mataram Islam ± tahun 1586-1601 yaitu pada masa pemerintahan Panemanbahan
Senopati (Sutowijoyo) nama desa Bojongminggir bermula dari : Tokoh yang bernama
kyai Cempaluk karena jasanya mereka mengabdi kepada Mataram diberi tanah
perdikan yang berada diwilayah Kecamatan Kesesi dan sekitarnya. Kyai Cempaluk mempunyai
dua anak yaitu : R. Bahurekso dan R. Hadi Kesuma keduanya dikirim ke
Mataram, untuk mengabdi kepada
Panembahan Senopati, setelah menyelesaikan tugas di Mataram, kembali ke Kesesi
menghadap Kyai Cempaluk dan R. Bahurekso disuruh babat alas Roban, Gambiran dan
sekitarnya, sedangkan R. Hadi Kusumo membuka alas Gendogo (sekarang areal
persawahan antara Desa Bojongwetan dan Desa Sumurjomblangbogo). R. Hadi Kusumo bergelar
Kyai Remeng.
Kyai Remeng adalah seorang tokoh yang sakti beserta
pengikutnya pada saat membuka hutan (babat alas) mereka kehabisan bekal yang
berupa kinang (kapur sirih) yang menjadi kesukaannnya dan diperintahlah
pengikutnya yang berwujud wedus gembel untuk meminta kapur sirih kepada
istrinya yang berada ditempat (basecamp) Bojongwetan (Bo: sebutan. Jong:
petak/area. Witan/wetan: kawiwitan jawa) bisa ditafsirkan yang berada di
sebelah timur atau Bojongwetan atau awal Bojong berdiri. Alas Gendogo itulah
asal muasal Bojong, berkembang menjadi Bojongwetan (Bojong kawiwitan), Bojonglor (Bojong
utara “lor”) dan Bojongminggir (Bojong
menepi “minggir”).
Adapun tokoh-tokoh pengikut yang mengembangkan
wilayah di Desa Bojongminggir dan masih dikenal namanya oleh masyarakat sampai
sekarang. Mereka diyakini para pendahulu yang membuka desa Bojongminggir adalah
: Kyai Budeg, Demang Blandong dan Kaji Singo (patilasan ada di desa Rejosari)
merupakan tiga serangkai yang gigih mendirikan padukuhan di Bojongminggir,
tokoh lain : Ki Kendil Wesi dan Kampuh, mereka yang membuka pendukuhan Desa
Bojongminggir menurut mitos masyarakat yang ada di wilayahnya.
Padukuhan
Bojongminggir antara lain :
1. Asem
Growong, ialah sebuah pohon Asam yang besar pada batangnya yang berlubang,
tepatnya di belakang pasar Bojong, dulu merupakan hutan kampung yang di babat
Kyai Budeg.
2. Cokrah,
tempat orang-orang membuka pemukiman pertama di desa Bojongminggir, maka
sekitar tempat itu terdapat balai desa lama, pasar, tangsi yang merupakan bukti
peninggalan pemerintahan di zamannya, babat pedukuhan ini adalah Demang
Blandong.
3. Pulorejo,
suatu tempat yang subur, makmur dan masyarakatnya sejahtera karena kesuburan
tanah dan tempatnya disepanjang sungai, dibuka oleh Kaji Singo.
4. Kedoyo,
berada disebelah timur, dulu merupakan wilayah desa Wiroditan karena sebagian
masyarakatnya menghendaki ikut desa Bojongminggir hingga sekarang menjadi desa
Bojongminggir dibuka oleh Demang Blandong.
5. Kendil
Wesi, diambil dari salah seorang tokoh mistis (mahluk halus) yang sangat
disegani dilingkungan itu dan susah diatur karena bukan berasal dari bangsa
manusia.
6. Slumprit
dan Betiakan, ialah suatu tempat terpisah dipojok wilayah desa yang menyudut
dan diwilayah padukuhan jlumprit (jawa) terdapat tanah tak bertuan.
7. Watesan,
ialah suatu tempat perbatasan (pal/tugu) yang berada dijalan besar yang sering
digunakan untuk peristirahatan kendaraan jaman dulu, berupa gerobak
sapi/kerbau, kereta kuda maupun masyarakat yang membawa barang dagangan
melintas antara pesisir utara (Wiradesa) menuju Wonosobo.
Tokoh-tokoh yang menjabat Kepala Desa di
Desa Bojongminggir sebelum masa pemerintahan Belanda s/d sekarang :
1. Kasim
(sebelum pemerintahan Belanda)
2. Kurdi
(masa pemerintahan Belanda)
3. Risadi
( masa kemerdekaan)
4. Ambari
(masa orde lama dan orde baru)
5. Suyitno
( masa orde baru)
6. Kalari
( masa orde baru)
7. Sri Rusyanti (masa orde
baru dan reformasi) s/d sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar